Mengenal dan mempelajari sistem transmisi  pada motor, seperti cara kerja CVT motor, bukanlah hal yang sia-sia. Dengan mengetahui lebih banyak komponen dan mekanisme kerjanya, Anda tentu bisa mengenali lebih baik setiap permasalahan yang mungkin saja terjadi pada kendaraan Anda.

CVT pada motor sendiri merupakan salah satu jenis sistem transmisi yang umumnya diaplikasikan pada motor matic. Sistem transmisi ini bisa dijumpai pada motor matic dari Honda, Yamaha, hingga Suzuki yang memang terkenal dengan keluaran motor-motor maticnya.

Lebih lanjut mengenai hal ini, artikel berikut akan membahasnya untuk Anda. Mulai dari apa itu CVT motor, komponen-komponen apa saja yang ada di dalamnya, hingga cara kerja CVT motor.

Apa Itu CVT Motor?

CVT Singkatan dari Continuously Variable Transmission
CVT Singkatan dari Continuously Variable Transmission (Source : wahanahonda.com)

CVT motor adalah singkatan dari Continuously Variable Transmission, salah satu jenis sistem transmisi motor yang sedang marak diaplikasikan pada motor-motor saat ini. CVT ini merupakan sistem transmisi motor otomatis. Oleh karena itu, CVT banyak diaplikasikan pada motor-motor jenis matic.

Sistem transmisi ini akan menghasilkan perbandingan reduksi secara otomatis yang akan disesuaikan oleh kondisi perputaran mesinnya. Kehadiran sistem CVT motor ini memungkinkan pengendara tidak perlu lagi mengganti atau memindahkan gigi perseneling di kendaraannya.

Pada dasarnya, sistem perseneling sendiri berfungsi untuk menghindari panas berlebihan yang bisa ditimbulkan oleh gesekan-gesekan transmisi selama motor berjalan. Pada cara kerja CVT motor ini, mekanisme V-belt di dalamnya telah dilengkapi sistem pendinginan tertentu untuk mengurangi panas.

Konstruksi dari sistem aliran pendingin dalam mekanisme V-belt tersebut telah dirancang sedemikian rupa, terutama agar bisa terbebas dari debu/kotoran atau air. Posisi dari komponen-komponen CVT ini sendiri ditempatkan lebih tinggi dari as roda motor untuk menghindari masuknya air ketika banjir.

Komponen CVT Motor

Komponen CVT Motor
Komponen CVT Motor (Source : geraiteknologi.com)

Meskicara kerja CVT motor dalam mekanismenya menggunakan mekanisme V-belt, namun terdapat beberapa komponen lain yang juga perlu diketahui dan mendukung jalannya mekanisme ini. Secara umum, komponen CVT motor dapat dibagi menjadi 4 bagian utama, yaitu:

1. Primary Sliding Sheave

Pada bagian ini, setidaknya ada sekitar lima komponen yang mendukung jalannya mekanisme transmisi CVT tersebut. Komponen-komponen tersebut di antaranya adalah:

  • Fixed sheave : Merupakan komponen yang tidak bergerak (fixed) dan berfungsi menahan V-belt. Bentuknya berupa piringan dan di bagian lain cenderung menyerupai kipas yang memiliki fungsi sebagai pendingin.
  • Sliding sheave : Komponen ini memiliki gerakan ke kanan ataupun ke kiri untuk menekan v-belt dalam putaran yang tinggi.
  • Roller : Komponen ini berperan menekan sliding sheave sesuai dengan putaran mesin. Mekanisme kerja pada roller ini menggunakan prinsip gaya sentrifugal.
  • Slider : Jika roller bertugas mendorong atau menekan sliding sheave, slider sendiri berfungsi mendorong roller.
  • Collar : Komponen ini berfungsi sebagai dudukan dari komponen lainnya, termasuk fixed sheave, sliding sheave, dan slider.

2. V-Belt

V-belt ini dapat dikatakan sebagai komponen CVT motor matic paling utama dalam sistem ini. V-belt berfungsi menghubungkan sliding sheave dan secondary sheave. Selain sebagai penghubung, V-belt akan meneruskan putaran mesin dari sliding sheave untuk membuat proses transmisi berjalan.

Pada konstruksi V-belt ini, biasanya ada gerigi-gerigi tertentu yang dirancang khusus. Gerigi-gerigi tersebut dalam berbagai konstruksi mesin berfungsi untuk menghindari panas berlebih yang terjadi akibat gesekan yang terus menerus.

3. Secondary Sheave

Pada dasarnya, secondary sheave berfungsi sebagai pengatur besar kecilnya diameter pulley sekunder. Komponen-komponennya tentu agak berbeda dari primary sheave sebelumnya. Setidaknya ada 6 komponen pendukung cara kerja CVT motordi bagian ini.

  • Sliding sheave : Pada dasarnya, sliding sheave pada bagian ini juga berfungsi menekan v-belt. Perbedaannya dengan sliding sheave pada bagian primary sebelumnya, yakni pada bagian ini tidak terdapat sirip.
  • Fixed sheave : Fixed sheave pada bagian ini juga berfungsi sebagai penahan V-belt dan merupakan bagian komponen yang statis atau diam.
  • Per (spring) : Berfungsi untuk mendorong sliding sheave.
  • Torque cam : Fungsi dari komponen satu ini yaitu sebagai penekan secara otomatis sliding sheave ketika motor memerlukan  akselerasi.
  • Clutch housing : Komponen ini juga sering disebut sebagai rumah kopling. Fungsi komponen ini untuk meneruskan putaran dari V-belt ke poros roda.
  • Sepatu kopling : Komponen ini berfungsi menghubungkan putaran ke poros roda belakang. Prinsip kerja komponen ini menggunakan prinsip sentrifugal, yaitu bekerja sesuai tinggi rendahnya putaran mesin.

4. Gear Reduksi

Komponen satu ini berfungsi untuk menyeimbangkan putaran mesin dengan roda. Karena bagian ini juga akan mengalami gesekan yang cukup banyak selama mesin berjalan, perawatannya biasa dilakukan dengan melumasi bagian ini dengan oli untuk meminimalisir keausan akibat gesekan berlebih tersebut.

Cara Kerja CVT Motor

Cara Kerja CVT Motor
Cara Kerja CVT Motor (Source : wahanahonda.com)

Secara umum, cara kerja CVT motor dimulai dari putaran rendah atau stasioner hingga ke putaran tinggi. Untuk memperjelas tahapan kinerja dari CVT ini, berikut beberapa garis besar tahapannya untuk menghasilkan sistem transmisi atau putaran yang sempurna.

1. Putaran Stasioner

Pada saat putaran mesin langsam atau sedang dalam keadaan stasioner, putaran dari crankshaf akan diteruskan ke pulley primer.

Putaran tersebut selanjutnya akan diteruskan lagi ke pulley sekunder dengan bantuan V-belt. Dari pulley sekunder, putaran tersebut akan diteruskan ke kopling sentrifugal.

Pada kondisi ini, putaran masih rendah dan kopling sentrifugal belum akan bekerja. Hal ini karena gaya tarik dari kopling masih lebih besar dibanding gaya sentrifugalnya.

Pada kondisi ini, sepatu kopling juga tidak menyentuh rumah kopling, sehingga roda bagian belakang tidak akan berputar.

2. Mulai Berjalan

Putaran mesin yang semakin meningkat akan membuat roda belakang motor juga mulai berputar. Hal ini juga disebabkan oleh gaya sentrifugal yang semakin kuat, lebih besar dibanding gaya tariknya, sehingga roda akan berputar.

Pada saat putaran sudah pada kondisi yang cukup tinggi, sepatu kopling akan terlempar keluar dan menempel ke rumah kopling. Diameter V-belt pada bagian puller di kondisi ini akan mengecil. Sementara di bagian pulley sekunder, diameter V-belt akan berada di bagian luar diameter besar.

3. Putaran Menengah

Pada saat putaran dalam kondisi menengah, diameter dari kedua pulley tersebut akan seimbang atau balance. Kondisi demikian diperoleh dari gaya sentrifugal weight di pulley primer yang berfungsi sebagai pendorong sliding sheave telah searah dengan fixed sheave.

Penekanan pada sliding sheave selanjutnya akan membuat V-belt bergeser ke arah lingkaran luar. Tekanan pada sliding sheave ini juga akan menarik V-belt yang ada di pulley sekunder ke arah lingkaran dalam.

4. Putaran Tinggi

Setelah putaran sudah dalam keadaan yang tinggi, diameter V-belt yang ada di pulley primer sudah menjadi lebih besar dari diameter yang ada di pulley sekunder. Keadaan ini disebabkan karena sliding sheave semakin mendapat tekanan dari gaya sentrifugal weight.

Tekanan yang diperoleh oleh sliding sheave akibat gaya sentrifugal weight ini akan membuat V-belt terlempar ke arah sisi luar pulley primer. Pada saat putaran mesin susah sangat tinggi, sistem pendiginan akan berjalan untuk mencegah panas yang berlebih akibat gesekan dari perputaran-perputarannya.

Demikianlah informasi mengenai cara kerja CVT motor, komponennya, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan itu. Semoga bermanfaat.